Rahim Pengganti

Bab 107 "Baju Merah Muda"



Bab 107 "Baju Merah Muda"

0Bab 107     
0

Baju Merah Muda     

Setiap orang berhak bahagia, begitu juga dengan Aditya. Laki laki tampan yang menikah dengan seorang Sonya, salah satu teman nya di masa sekolah. Namun, kebahagian itu hanya sementara ketika dihadapkan dengan sebuah fakta yang begitu mengejutkan.     

Carissa bahkan hampir jatuh, ketika mendapatkan kabar duka itu. Aditya dan Sonya mengalami sebuah kecelakaan lalu lintas saat kedua nya akan kembali ke Jakarta. Setelah Sonya melahirkan dan menetap di Bandung, dan akhir nya mereka kembali. Namun, takdir berkata lain mobil yang tidak ngebut bahkan semua orang yang ada di dalam tidak dalam kondisi mengantuk juga.     

Mengalami kecelakaan, Aditya menandakan ke pembatas jalan menurut kamera cctv yang terpasang, semua orang syok saat mengetahui hal itu. Bahkan anak mereka yang sempat kritis akhirnya ikut menyusul kedua orang tua nya.     

"Kamu gak usah panik. Kita ke sana sekarang," ujar Bian. Pria itu tahu bagaimana kondisi istri nya saat ini, Caca begitu syok dengan apa yang terjadi. Wanita itu bahkan sudah menangis sangat kencang ketika mendapatkan kabar yang begitu mengejutkan. Padahal satu hari sebelumnya Sonya mengabari dirinya, bahwa mereka akan berkunjung ke rumah karena tidak sempat datang ketika resepi pernikahan.     

Dan kabar ini datang kabar yang membuat semua pihak merasakan kehilangan. Bian dan Carissa segera pergi ke rumah duka bersama dengan Bunda Iren, wanita paruh baya itu sudah menangis tak henti henti nya ketika mengetahui hal tersebut.     

Meskipun Aditya hanya beberapa tahun tinggal di panti, tapi perasaan sayang Bunda Iren terhadap semuanya sama tidak ada beda nya sedikit pun.     

***     

Saat sampai di depan rumah duka, sudah banyak wartawan yang datang meliput. Bagaimana tidak Aditya adalah seorang pebisnis kuliner terbaik di Indonesia, dan juga menantu pejabat tinggi di Bandung. Membuat kabar duka ini, cepat tersebar di dunia maya dan seluruh jagat Indonesia.     

Bian keluar lebih dulu, lalu membawa bunda Iren masuk ke dalam rumah, setelah itu dirinya menjemput Caca. Semua awak wartawan sibuk mendekati Carissa bertanya mengenai apa yang terjadi namun, Caca tetap bungkam wanita itu ingin segera masuk ke dalam rumah.     

Saat masuk ke dalam rumah ada 3 jenazah orang dewasa dan seorang anak kecil yang terbaring tak bernyawa di sana. Air mata Carissa kembali jatuh, wanita itu bahkan hampir jatuh karena syok melihat apa yang sudah ada di depan mata nya saat ini.     

"Mas … mbak Sonya itu bukan mbak Sonya, kan Mas," ucap Carissa dengan air mata yang sudah mengalir dengan sangat deras. Melihat hal itu membuat Mami Sonya mendekati Caca, wanita itu memeluk Carissa.     

"Maafkan kesalahan Sonya ya Ca. Maafkan mereka berdua," ucapnya di dalam pelukan.     

"Mbak Sonya dan Mas Adit orang baik Tante. Mereka pasti akan mendapatkan tempat terbaik di sisinya. Tante dan Om harus kuat, semua ujian ini sudah menjadi takdir," ucap Caca.     

Sore harinya, pemakaman terjadi. Bian tak pernah lepas memeluk sang istri takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Carissa lebih terlihat kuat wanita itu tidak boleh terlalu bersedih supaya anak di dalam kandungannya tidak khawatir akan dirinya.     

Setelah selesai dari tempat istirahat terakhir Sonya dan Adit. Bian serta Carissa bersama Bunda Iren kembali pulang ke rumah mereka, sungguh hal seperti ini benar benar membuat semuanya syok hal yang tidak mungkin terjadi ternyata itu ada di depan mata.     

Aditya adalah orang yang selalu berhati hati dalam segala hal namun, takdir berkata lain mereka meninggal di tempat dengan cara seperti ini.     

"Kamu mikirin apa sih? Jangan banyak pikiran, mereka udah tenang di sana."     

Carissa menoleh ke arah suaminya wanita itu tersenyum, "Maut, jodoh, rezeki semua Tuhan yang atur. Kita semua akan pergi, mungkin saat ini adalah Adit dan istri nya lebih dulu, tapi kita juga gak tahu selanjutnya siapa," lanjut Bian.     

Carissa bersyukur memiliki suami seperti Bian, laki laki yang penuh tanggung jawab. Laki laki yang begitu bisa membimbing, meskipun dirinya tahu bahwa mereka masih banyak kekurangan, tapi keduanya saling melengkapi satu dengan lainnya.     

***     

Usia kandungan Carissa sudah memasuki usia 7 bulan dan itu artinya mereka akan bertemu dengan si kecil 2 bulan lagi. Carissa begitu senang, tapi masuk di bulan ke 7 ini Caca lebih sering mual dan muntah seperti di awal kehamilan.     

Bahkan saat ini, mual dan muntah nya begitu berat. Wanita itu bahkan harus terbaring di tempat tidur, karena lemas akibat muntah yang sangat banyak, hanya saat bersama dengan suaminya saja Carissa tidak merasakan hal itu.     

Makanya sekarang, kemana pun Bian pergi maka Carissa akan ikut, ibu hamil itu hanya ingin berada di samping suaminya dan hal itu membuat Bian sedikit pusing, tapi juga menikmati karena urusan tempat tidur Carissa selalu menuntut.     

Sama hal seperti sore hari ini, kedua nya bermain sangat panas di dalam ruangan kamar yang ada di kantor Bian. Caca tiba tiba saja menghampiri Bian duduk di atas pangkuannya mengganggu konsentrasi suaminya itu. Hingga berakhir, keduanya di dalam kamar tersebut.     

Desahan yang keluar dari mulut Carissa semakin membuat Bian kewalahan. Perut buncit itu terlihat sangat seksi, Carissa benar benar terlihat lebih menawan dari sebelumnya. Hingga akhirnya, permainan panas itu selesai dengan keringat yang mengalir sangat deras padahal kamar itu sudah ber AC dan suhu nya sangat rendah tapi masih saja, keduanya berkeringat dengan sangat deras.     

"Tidurlah. Nanti di bangunkan," ucap Bian. Pria itu bahkan sering kewalahan dengan hormon kehamilan Caca yang sangat luar biasa ini. Keduanya tertidur sambil berpelukan, tak lupa Bian mengusap perut buncit istrinya itu. Lalu menempelkan bibirnya di sana dan mengecup dengan sempurna. "Terima kasih kerjasamanya jagoan Ayah."     

***     

Tangan Bian tidak pernah lepas menggandeng tangan istrinya, saat ini mereka sedang pergi untuk makan malam bersama, Bunda Iren dan Melody sudah pergi lebih dulu sedangkan Siska sudah berada di sana. Entah lah kenapa malam ini Siska mengajak mereka semua makan malam bersama.     

"Bunda!!!" teriak Melody ketika melihat kedua orang tuanya masuk ke dalam area restoran.     

Carissa sudah tersenyum dengan begitu indah, berjalan ke arah anaknya dan memeluk erat Melody tak lupa seluruh wajah gadis kecilnya itu sudah dikecup dengan begitu mesra oleh Caca.     

"Kangen," ucap Melody. Anak gadisnya itu selalu saja menggemaskan di usia ini, sudah sangat pintar dan cerdas hal itu membuat Carissa sangat begitu bahagia.     

Mereka lalu makan malam bersama, gak ada hal yang spesial, Siska melakukan hal ini hanya ingin berkumpul bersama sekaligus, wanita itu ingin mengabarkan bahwa Cafe Cemara cabang Jakarta akan di buka sebentar lagi. Mendapatkan kabar hal itu, membuat Carissa sangat senang dan bahagia.     

Cafe yang dirinya mengira hanya akan menjadi Cafe biasa nyata tidak, cafe itu sungguh luar biasa berkembang sangat pesat. Siska benar benar terbaik untuk bisnis tersebut.     

"Kamu terbaik Nak. Pokoknya doa terbaik untuk kamu dari Bunda," ujar Bunda Iren. Siska bahagia memiliki Iren, wanita yang sudah seperti ibu nya sendiri. Rindu akan kehadiran seorang Ibu tidak pernah Siska rasakan. Karena rasa itu selalu dia miliki bersama Bunda Iren.     

"Terus selain cafe apa aja yang mau kamu lakukan dek? Sepertinya dunia bisnis membuat kamu banyak belajar," ucap Bian.     

"Kalau aku buat seperti tempat makan sekaligus cafe kopi menarik nggak si Mas Mbak, menurut kalian, soalnya nih ya. Aku juga bakalan minta sokongan dana dari kalian," jawab Siska jujur.     

"Mana bisa bisnis bisnis kamu, masa Mas yang biayin," ucap Bian menolak.     

"Tenang. Kalau Mas kamu nolak, ada mbak yang bakalan bantuin. Uangnya Mas kamu itu uangnya Mbak juga," bela Caca.     

Mendengar hal itu membuat Bian hanya bisa pasrah, padahal yang sebenarnya juga tidak akan mungkin Bian akan tinggal diam.     

***     

Suara gaduh dari dalam kamar Bian dan Carissa sudah sering terjadi. Hal apa lagi yang akan terjadi kali ini, itu lah yang di tunggu tunggu oleh merek semuanya.     

"Kenapa Bund?" tanya Siska. Yang keluar dari dalam kamar dan segera duduk di kursi meja makan.     

"Biarin aja. Mbak dan Mas kamu itu, kan emang gitu."     

"Seorang Fabian bisa luluh dengan Mbak Caca itu luar biasa ya Bund. Dulu waktu Mas Bian masih kuliah, gak ada yang bisa ngatur ngatur dia. Padahal pacarnya bew banyak banget Bund," ucap Siska.     

"Namanya jodoh. Jodoh bisa merubah semuanya, dari yang tidak baik menjadi baik dari yang baik menjadi semakin baik. Kamu juga akan mendapatkan hal itu, jodoh terbaik yang akan selalu membuat kamu bahagia."     

"Aaminn," jawab Siska.     

Dari arah tangga terlihat Bian dan Carissa turun keluar dari dalam kamar mereka. Terlihat sangat jelas raut wajah Bian yang ditekuk dengan maksimal. Melihat hal itu membuat Siska dan Bunda Iren saling menatap satu dengan lainnya.     

"Pagi Bunda."     

"Pagi Siska."     

Sapaan penuh ceria itu selalu dilakukan Carissa setiap paginya. Namun, kali ini berbeda dengan Bian yang sudah kesal.     

"Eh tumben Mas Bian pake kemeja pink. Kok lucu," ledek Siska.     

"Nah kan benar Mas. Kamu itu cocok pakai kemeja ini, Siska aja bilang gitu. Bunda Mas Bian cocok, kan?" tanya Caca. Siska sudah menahan tawanya sama hal dengan Bunda Iren. Kedua nya jadi tahu, kenapa Bian bisa menampilkan raut wajah seperti ini, semuanya karena kemeja berwarna merah muda yang di pakai olehnya.     

Carissa mengatakan kalau dirinya semalam bermimpi, kalau Bian memakai kemeja ini dan terlihat sangat tampan hal itu lah yang membuat Carissa jadi meminta Bian memakainya. Sungguh Bian ingin menolak, seorang pria tampan dan berwibawa seperti nya harus menggunakan kemeja seperti ini, rasanya Bian ingin terjun ke lautan.     

"Kamu gak ikut ke kantor sayang?" tanya Bian.     

"Gak Mas. Aku mau di rumah aja, main sama Melody. Kamu perginya hati hati ya, dah dah Ayah," ucap Carissa.     

Sungguh saat ini rasanya Bian ingin mengumpat. Bagaimana tidak dia akan pergi ke kantor seorang diri dengan pakaian seperti ini, sungguh memalukan bagi Bian. Jika tadinya ada Carissa masih membuat Bian aman, tapi ini dirinya harus pergi ke kantor seorang diri.     

"Benar ini kamu gak ikut?" tanya Bian lagi, Caca hanya menjawab dengan anggukan kepala, setelah itu Bian pun masuk ke dalam mobilnya. Helaan napas berat terdengar jelas, mobil yang dikendarai oleh Bian sudah berjalan keluar dari halaman rumah mereka.     

###     

Bian di kerjai tuh sama Caca. Ha ha, selamat membaca ya. Dan terima kasih, love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.